Legenda - Legenda

Legenda, Mitos, Sejarah dan yang lain-lainnya, sampai saat ini ternyata membuat manusia tertarik untuk mengetahui lebih banyak dan dalam. Percaya atau tidak, itu pilihan anda... Paling tidak membuat anda sedikit tahu daripada orang lain.

My Photo
Name:
Location: Malang, East Java, Indonesia

Tuesday, October 19, 2004

Bunga Wijayakusuma

Di kalangan Keraton percaya bahwa seorang Raja yang akan naik tahta, salah satu syarat harus dipenuhi ialah memiliki sekuntum bunga yang bernama Wit Wijaya Kusuma.

Bunga ini bagaikan perlambang seorang raja, baunya harum, semerbak bagaikan gambir melati, warnanya indah mempesona, merupakan perlambang watak dan pribadi seorang Raja. Adapun nama bunga ini sendiri mengandung arti yang dalam yaitu :
Wit ialah yang membikin tegak itu adalah bunga, mengandung arti :watak orang yang teguh, bermanfaat dan berguna bagi umat manusia.
Wi mengandung arti menguasai segala ilmu, ilmu tata lahir dan bathin
Jaya berarti menang, ibarat unggul tanpa ngasorake, teguh tanpa ,meremehkan asih tanpa pamrih.
Kusuma tedak turuning Ratu, maha mbeg utama berbudi luhur, pepindaning rembesing madu, (artinya sebagai keturunan seorang raja harus memiliki watak utama, berbudi luhur, ibarat sari dari madu).

Bunga dari pohon wijaya kusuma adanya hanya ada di Laut Anakan di Cilacap. Tidak sembarang waktu ada, tidak sembarang orang dapat mengambilnya. Hanya dengan jalan meditasi dan mensucikan diri secara khusuk mohon petunjuk dari yang maha kuasa, agar mendapatkan bisikan gaib untuk mengambil bunga tersebut dalam keadaan mekar. Biasanya pengambilan tersebut diserahkan kepada orang-orang sakti atas suruhan raja. Simbolisme dari wijaya kusuma ini diharapkan menimbulkan perasaan tentram dan damai, bikin terang hati manusia, menjunjung tinggi perilaku asih, paromomarta, mengandung ajaran agidang, adigung, adiguna, tidak mementingkan diri sendiri, tidak sewenang-wenang ibarat paring payung wong kang kodanan, paring teken wong kaluyon, paring sandang wong kawudan, paring pangan wong kaluwen.

Untuk kesempurnaan ini harus disertai lelaku atau tirakat secara teratur, serta selalu mohon kepada Yang Maha Kuasa agar jalan hidup ini diberkahi dan dituntun kearah karahayon. Demikianlah kira-kira ciri-ciri orang yang akan atau bisa mendapatkan Bunga Wijaya Kusuma.

Gunung Merapi

Kepercayaan serta kosmologi manusia Gunung Merapi didasarkan dalam Legenda Kyai Sapujagad. Cerita legenda itu terjadi pada waktu Kerajaan Mataram kedua muncul dan mengambarkan hubungan pendiri kerajannya yaitu "Panembahan Senopati" dengan dunia gaib.

Kosmologi manusia Daerah Gunung Merapi terdiri dari lima bagian yaitu Kraton Mataram Yogyakarta di tengah yang berada di dunia manusia dan Kraton Mahluk Halus Gunung Merapi ke utara, Kraton Laut Selatan ke selatan, Gunung Lawu ke timur dan Khayangan, Dlephih ke barat yang berada dalam dunia gaib. Akibatnya dari Legenda Kyai Sapujagad adalah perjanjian bahwa Kraton Mataram Yogyakarta bertanggungjawab untuk memberi sesajian kepada para mahluk halus di empat tempat yang lain dalam kosmologi manusia. Dalam kembalinya rakyatnya akan dilindungi oleh para mahluk halus tersebut. Perjanjian itu berbentuk Upacara Labuhan yang dilakukan setiap tahun sekali dan mulai pada tanggal 25 bulan Bakdamulud di Laut Selatan.

Kraton Mahluk Halus Merapi di dalam kosmologi Kraton Yogyakarta dipercayai oleh penduduk dipimpin oleh mahluk halus bernama ‘Empu Rama’ dan ‘Permadi’ dan menurut orang yang lain oleh ‘Kyai Merlapa. Selain pemimpin di dalam kratonnya penduduk juga percaya dalam macam-macam tokoh lain yang mendiami kraton itu. Kepercayaan manusia tentang Kraton Mahluk Halus Merapi tidak hanya dipercayai oleh Kraton Yogyakarta tetapi juga memperluas sampai rakyat desa-desa di lereng gunungnya. Rakyat tersebut punya kepercayaan tentang dunia akhirat. Menurut mereka waktu manusia meninggal rohnya akan mendiami tempat-tempat yang tergantung pada perlakuan hidupnya. Kalau orang waktu manusia melakukan hidupnya yang baik, rohnya akan tinggal di dalam Kraton Mahluk Halus Merapi atau Kraton laut Selatan. Sebaliknya kalau orang waktu manusia melakukan hidupnya yang tidak baik, rohnya akan dibuang dari kratonnya dan mendiami batu, pohon, tempat sepi dan sebagainya. Selain kepercayaan dunia akhirat itu manusia Gunung Merapi juga punya kepercayaan mengenai tempat-tempat angker serta binatang-binatang sakral di daerahnya.

Menurut kepercayaan penduduk daerah Gunung Merapi kalau gunungnya akan meletus mahluk halus Kraton Merapi akan memberikan tanda kepada manusia. Biasanya tanda itu dalam bentuk mimpi yang termia oleh para dukun atau ‘juru kunci’ Gunung Merapi. Saat ini ada ramalan bahwa Gunung Merapi sedang menjadi aktif lagi, menurut para paranormal dan para dukun. Ramalan itu didasarkan dalam rasionil bahwa manusia akan kena kemarahan para mahluk halus karena keadaan politik dan manusia di Indonesia pada saat ini. Walaupun menurut Direktorat Vulkanologi di Yogyakarta Gunung Merapi masih sedang tidur selama dua tahun sekarang. Kalau Gunung Merapi akan meletus tahun 2000 ini atau tidak, kami harus tunggu saja.

Dari dua daerah yang saya melakukan penelitian lapangan semester ini saya menemukan beberapa persamaan dan hanya sedikit saja perbedaan. Walaupun kepercayaan manusia di dalam kedua daerah penelitian memang adalah kepercayaan berbeda, kepercayaannya didasarkan dalam asal usul yang sama. Dalam pemeriksaan saya ke dalam asal usulnya saya menemukan tiga unsur yang bersama. Semua legenda dan upacara didasarkan dan disah dalam sejarah, yaitu Daerah Tengger bersejarah kerajaan Majapahit dan Daerah Gunung Merapi bersejarah kerajaan Mataram kedua. Lagi pulau kebanyakan kepercayaan manusia terhapap gunung berunsur agama Hindu-Budha dari zaman kerajaan Hindu-Budha atau kepercayaan animisme dari zaman prasejarah. Kalau orang Jawa beragama Islam, Kristen atau agama yang lain biasanya mereka juga punya kepercayan yang berasal Jawa. Dalam kepercayaan manusia berasal Jawa tersebut gunung-gunung memang berperan yang sangat penting.

Sumber :(http://www.jawapalace.org)

Monday, October 18, 2004

Sekilas tentang Pemberian Nama Jawa Kepada Anak II (Oleh Ciptawidyaka)

3.1. Penunjuk Bilangan
Kata Jawa & Arti Indonesia
Eka = Satu
Sad = Enam
Dwi = Dua
Sapta = Tujuh
Tri = Tiga
Hasta = Delapan
Catur = Empat
Nawa = Sembilan
Panca = Lima
Dasa = Sepuluh

3.2. Kata-Kata Lain
Kata Jawa & Arti Indonesia
Abyasa = Pandai
Raditya = Matahari
Adi = Lebih, Bagus, Baik, Ayu
Raharja = Selamat
Aditya = Matahari
Rahayu = Selamat, baik
Agung = Agung, besar
Ramya = Asri, Cantik
Aji = Raja
Raras = Asri, Indah, Cantik
Ambar = Wangi
Ratna = Perempuan, intan, permata, sari
Anindita= Sempurna, unggul
Ratih = Nama bidadari.
Asri = Indah
Rawi = Matahari
Bagus = Bagus, indah
Reja = Ramai, baik, Bagus
Bagya = Bahagia, senang
Reksa = Menjaga
Bambang = Pemuda
Resmi = Asri, indah, hiasan
Barata = Perjalanan hidup
Respati = Gagah, pantas, Kamis
Baskara = Matahari
Rukmi = Emas
Baswara = Terang, gemerlap
Sadali = Bintang
Cahya = Cahaya
Sadana = Harta, sandang
Cakra = Roda, Cipta Sadara Sopan santun
Cipta = Kalbu, Cipta
Sadarpa = Asri
Citra = Warna
Sambada = Lebih, Pantas, handal
Daniswara=Kaya, mulia
Samita = Bintang
Danu = Cahaya
Sampurna= Sempurna
Danuja = Ksatriya utama
Sarwa = Lengkap, sarwa
Danumaya= Gemerlap
Sasanti = Pujian
Danurdara= Kaya ilmu
Sasmaka = Permata
Dewi = Dewa perempuan
Sasmaya = Bagus, indah, suci
Dipa = Raja, cahaya, terang
Sasangka= Rembulan
Dirja = Sangat selamat
Sasri = Asri
Hardana = Harta, uang
Satmaka = Hidup
Harimurti= Sinar matahari
Satriya = Keturunan Raja
Harjanti= Unggul
Satya = Setia, benar.
Harjasa = Indah, asri
Sidyana = Adil
Harjaya = Selamat
Sitaresmi= Rembulan
Harsana = Gembira
Sri = Pantas, asri, cantik
Harsaya = Gembira
Su = Sangat, unggul, baik
Hartaka = Harta, uang
Subadya = Sentosa, kokoh, handal
Hartana = Harta, uang
Subagya = Keberuntunganterkenal
Hartati = Manis, sangat
Suci = Suci
Her = Air
Suciatma= Jiwa suci
Heru = Mahkota, mustika
Sudana = Kaya
Himawan = Gunung
Sudarga = Tulus
Iswara = Fatwa luhur, Raja
Sudarma = Sangat bagus
Jaka = Pria perjaka
Sudarman= Kebaikan
Jati = Jujur, benar
Sudarpa = Sangat asri
Jaya = Unggul, kuat
Sudarsa = Teladan, kemauan tulus
Karja = Membuat
Sudarsana= Teladan
Karma = Cipa, tata basa
Sudira = Pemberani
Karna/Karni=Telinga
Sudibya = Unggul/sakti
Karsa = Mau, kemauan
Suganda = Bau harum
Karsana = Gembira
Sujana = Orang pandai
Karta = Selamat, tenteram, trampil
Sujita = Keturunan orang sakti
Karti = Pekerjaan
Sukarja = Sangat Bergembira
Kartika = Bintang
Sulaksana= Sangat selamat
Kasiran = Kegembiraan
Sulanjari= Cerdas
Kasusra = Terkenal
Surastri= Bidadari
Kesawa = Gelar Bathara Wisnu
Surya = Matahari
Kuncara = Terkenal
Susila = Sangat baik
Kunthara= Nama windu ke dua, perbuatan
Susmana = Awas
Kusuma = Bunga
Sutapa = Pendeta
Laksana = Lewat
Suteja = Cahaya
Laksita = Perjalanan
Sutikna = Tajam
Laksmi = Asri, cantik, mustika
Suyati = Pandita
Lestari = Langgeng, lestari, istiqomah
Tanaya = Anak
Marsudi = Berusaha
Tarasari= Bunga bersusun
Marta = Air, hidup, tata, jernih, ajar
Tari = Bintang
Martaka = Sempurna
Titi = Jujur, Benar, lebih
Martana = Kehidupan
Tiyasa = Lebih
Martani = Menghidupi, mendidik
Tranggana= Bintang
Martyani= Berbuat baik
Tresna = Asih, Cinta
Marwata = Memuat
Tunjung = Bunga Teratai
Mursita = Mencipta, berkata
Turasih = Welas asih
Murti = Unggul, sangat
Tyas = Kalbu
Mustika = Mustika
Wahana = Kendaraan, keterangan
Naradi = Orang yang unggul
Waluya = Sembuh, pulih
Nindya = Lebih
Warih = Air
Nindita = Unggul, lebih
Wardaya = Hati, Kalbu
Nugraha = Anugerah
Warti = Tutur
Padma = Bunga
Warsita = Pelajaran
Padmana = Hati yang berkembang
Wasista = Bijaksana
Praba = Cahaya, terang
Wasita = Fatwa
Prabaswara=Cahaya, terang
Waskita = Waspada
Prabawa = Pengaruh, kesaktian
Waspada = Terlihat, waspada
Pradipta= Terang, cahaya
Wastuti = Penyembahan
Prakosa = Sentosa
Wasundari= Air jernih
Prama = ebih, unggul, suci
Widagda = Cerdas
Pramana = Waspada
Widada = Selamat
Pramatya= Bersinar, melebihi
Wignya = Pandai
Pramudita= Pandai, orang luhur
Wicaksana= Bijaksana
Pramusita= Kelapangan hati
Widya = Bakti, benar
Pranata = Penata, penyembah
Wijaya = Unggul, menang
Pranawa = Hati yang Terang
Widyastuti=Darma Bakti
Pradana = Ganjaran, kekayaan
Wijayanti= Sangat unggul, kuat
Pradapa = Bersemi
Wikrama = Lebih, sakti
Purnama = Terang
Windriya= Mulia
Purwa = Permulaan
Wirya = Mulia, luhur
Purwaka = Permulaan
Widayat = Pertolongan Allah
Puspa = Bunga
Yudayana= Panglima Perang
Puspita = Bunga
Yuwana = Tulus

4. Pertimbangan Spiritual
Di dalam masyarakat Jawa, sering dijumpai istilah Kabotan Jeneng ( Keberatan nama ). Menurut pendapat sebagian masyarakat terutama kalangan pemerhati masalah spiritual, orang yang kabotan jeneng itu biasanya akan mendapatkan ujian, cobaan, atau godaan di dalam hidupnya. Bahkan ada yang mengatakan terkena sangkal/sengkala ( rintangan hidup ) akibat kekuatan spiritual nama yang disandangnya itu. Jika seseorang tidak kuat menyandang sebuah nama, orang itu dikatakan memiliki nama yang tidak cocok atau terlalu berat (kabotan jeneng). Oleh karena itu kadang-kadang ada orang yang sering sakit-sakitan atau hidupnya selalu sengsara, setelah diganti namanya terus menjadi sehat wal afiat atau terlepas dari kesengsaraan.
Berdasarkan nilai atau bobot makna spiritualnya, nama Jawa dapat digolongkan menjadi empat tingkatan yaitu, ringan, sedang, berat, dan sangat berat.

4.1. Nama Ringan
Nama ini memiliki bobot spiritual ringan.
Contoh : Prawira, Reja, Diharja, Harja, Paimin, Paijo, Sukardi.

4.2. Nama Sedang
Nama ini memiliki bobot spiritual sedang.
Contoh : Sura, Jaya, Dijaya, Yuda, Sastra, Wardaya, Suma, Danu, Mangun, sudira, Wira, Puspita, Sasmita, Wasita, Warsita, Wirya, Taruna, Krama, Yasa, Purwa.

4.3. Nama Berat
Nama ini memiliki bobot berat.
Nama ini merupakan nama yang memuat kata-kata : Darma, Sudarma, Cakra, Brata, Subrata, Dibrata, Surya, Candra.
Nama ini mengandung risiko, karena di dalamnya terkandung makna spiritual atau tuah yang menuntut penyandangnya harus mampu menghadapi tantangan hidup serta mampu mengemban amanat yang terkandung di dalam kata-kata tersebut. Sebagian masyarakat Jawa mengatakan bahwa yang mampu menyandang nama ini adalah orang yang siap melakukan olah cipta, rasa, dan karsa, serta mampu melakukan tapa brata.

4.4. Nama Sangat Berat
Nama ini memiliki bobot yang sangat berat.
Nama ini merupakan nama yang memuat kata-kata : Nata, Pranata, Dinata, Winata, Jaga, Praja, Mangku, Sujana, Sarjana.
Nilai spiritual dari makna nama tersebut lebih berat dari pada nama yang berbobot berat (butir 4.3). Menurut sebagian masyarakat Jawa, orang yang mampu menyandang nama ini adalah orang-orang yang siap melakukan olah rasa, cipta, dan karsa, serta mampu melakukan tapa brata dan memiliki jiwa suci serta kasih sayang kepada sesama.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka sebagian masyarakat Jawa menganjurkan agar di dalam membuat nama menghindari penggunaan unsur nama berbobot berat dan atau sangat berat sebagaimana tersebut di dalam butir 4.3, dan butir 4.4.
Pendapat tersebut di atas kadang-kadang dianggap diskriminatif. Mungkin memang sepintas demikian, akan tetapi jika kita memperhatikan serta memahami makna kata-kata itu, kemungkinan besar kita akan dapat memaklumi betapa berat tuntutan moral yang disandang oleh seseorang yang pada kenyataannya berbeda jauh antara nama dengan realita.

Contoh:
Orang menyandang nama Darma Pranata.
Darma ( Kewajiban, keutamaan, perbuatan mulia, fatwa, pranata kesusilaan, hukum, kesucian ) berarti suatu perbuatan yang mengandung nilai luhur, dilandasi kesucian, etika, keluhuran budi, serta pengabdian yang tulus.
Pranata ( tunduk, peribadatan, sembah, penata, pengatur) berarti Penata atau pengatur yang tulus ikhlas di dalam semua tindak tanduknya.
Nama itu sangat ideal, tetapi memerlukan pengorbanan yang tinggi. Apalah artinya jika suatu doa itu malah akan memberatkan orang yang didoakannya. Lebih-lebih jika ternyata orang itu setelah dewasa malah sewenang-wenang, kejam, atau malah sering melakukan tindakan yang nista.

Orang menyandang nama Bagus Sulistya. Bagus artinya bagus, Sulistya ( sangat bagus ), tetapi kenyataannya orang itu tidak tampan ( jelek ), hal ini malah akan membuat si penyandang nama itu merasa malu. Oleh karena itu sebaiknya di dalam memberikan nama juga melihat secara jujur bentuk fisik seseorang.

Di dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad S.A.W. melarang umatnya menggunakan nama Abu Qasim ( Bapak Pembagi-bagi ). Padahal nama ini adalah gelar Beliau. Hal ini bukan berarti beliau tidak mau disamai oleh umat/pengikutnya, tetapi beliau sadar bahwa tidak semua orang mampu menjadi Abu Qosim ( orang yang bersedia membagikan atau memberikan hartanya walaupun tinggal satu, dan setelah diberikan dirinya tidak memiliki lagi ).

Terlepas dari pandangan spiritual ini, semuanya terpulang kembali kepada Allah S.W.T., Tuhan Sang Pencipta Alam, Tuhan Yang Maha Kuasa, Tuhan Yang Maha Bijaksana. Manusia wajib mempunyai harapan, doa serta kesungguhan berusaha yang merupakan perwujudan dari cita-cita, tetapi kepada-Nya lah terpulang semuanya.

Daftar Pustaka :
Ø KPH. Tjakraningrat, Kitab Primbon Betaljemur Adammakna, Penerbit Soemodidjojo Mahadewa, Yogyakarta, 1993.
Ø CF. Winter Sr., R.Ng. Ranggawarsita, Kamus Kawi – Jawa, Gajah Mada University Press, 1988.
Ø Tim Penyusun Balai Bahasa Yogyakarta, Kamus Basa Jawa ( Bausastra Jawa ), Penerbit Kanisius, 2001

Sekilas tentang Pemberian Nama Jawa Kepada Anak I (Oleh Ciptawidyaka)

1. Nama atau Tetenger.
Nama orang, jeneng, aran, atau tetenger merupakan sebutan terhadap pribadi seseorang.

Pada umumnya nama ini diberikan kepada seorang anak oleh orang tuanya. Namun demikian, kadang-kadang, pada keadaan tertentu, nama itu diberikan oleh bukan orang tuanya, misalnya diberikan oleh ulama, pemuka masyarakat, atau anggota keluarga lain yang dipertuakan atau dihormati di lingkungannya.

Di lingkungan sebagian masyarakat Jawa, biasanya pemberian nama itu dilakukan bersamaan dengan upacara sepasaran, yaitu selamatan pada hari ke lima setelah kelahiran. Sebagian masyarakat Jawa yang menganut agama Islam ada yang memberikan nama itu sejak lahir, dan diumumkan kepada tetangga, dan sanak saudara setelah tujuh hari bersamaan dengan upacara hakikah (kekahan). Seiring kemajuan teknologi di bidang peralatan medis, dengan menggunakan ultra sonografi ( USG ), jenis kelamin bayi sudah dapat dilihat pada saat bayi masih berada di dalam kandungan.Dengan demikian, banyak orang tua yang sudah mempersiapkan nama anaknya sebelum anak itu lahir. Sebagian masyarakat Jawa, di samping nama yang disandang sejak kecil ( nama kecil/ nama alit ), dikenal pula nama tua ( nama sepuh ), yang biasanya diberikan oleh orang tuanya setelah yang bersangkutan menikah.

Bagi Abdi Dalem Kraton, di samping nama kecil dan nama tua, juga menyandang nama yang diberikan oleh Raja ( peparing dalem ) berkaitan dengan pangkat/jabatan/kedudukan/ tugas yang diembannya.
Ada sementara orang yang berpendapat bahwa nama itu sekedar sebutan. Orang yang berpendapat seperti ini sering menyatakan “ Apalah artinya sebuah nama “. Tetapi ada pula yang berpendapat bahwa nama itu mempengaruhi kehidupan masa depan seseorang.

Terlepas dari kedua pendapat tersebut, yang perlu diingat, dan dijadikan bahan pertimbangan di dalam pemberian nama adalah bahwa nama itu melekat pada seseorang, sehingga jangan sampai kelak di kemudian hari orang yang menyandang nama itu malu menggunakan nama yang telah disandangnya.

Nama itu cerminan kesan, harapan, atau doa dari seseorang kepada orang yang diberi nama.

2. Makna Sebuah Nama
Berdasarkan arti/ maknanya, nama dapat dikelompokkan sebagai berikut :

2.1. Sebagai Tanda Peringatan
Nama ini sekedar menjadi tanda peringatan hari lahir, atau kejadian lain. Nama dari golongan ini tidak memiliki makna harapan atau doa ( netral ).
Contoh :
a. Surajimah merupakan singkatan dari Sura, siji, jemuah, artinya anak itu lahir pada hari Jum’at ( Jemuah ), tanggal satu bulan Sura ( Muharam ).
b. Saparbe artinya anak itu lahir pada bulan Sapar tahun Be.
c. Sarbakdiyam, merupakan singkatan dari Besar, Bakda siyam, artinya anak itu lahir setelah siyam bulan besar yaitu setelah siyam sunah bulan besar atau setelah tanggal 9 Besar. Jadi anak itu lahir pada tanggal 10 bulan Besar.
d. Ramelan, artinya anak itu lahir pada bulan Ramelan atau bulan Romadlon ( bulan Puasa ).
e. Merdekawati, artinya anak itu lahir bertepatan dengan Proklamasi kemerdekaan, atau bertepatan dengan tanggal 17 Agustus.
f. Prahara, artinya anak itu lahir pada saat terjadi prahara/kerusuhan/ pemberontakan.
g. Prihatin, artinya lahir pada saat kedua orang tuanya sedang prihatin.
h. Eko Riyadi, terdiri dari Eko ( Eka satu ), Riyadi ( hari raya Idul Fitri ), artinya anak itu merupakan anak pertama yang lahir pada tanggal 1 Syawal ( Idul Fitri ).
i. Dwi Ramdani, terdiri atas Dwi ( dua ), Ramdani ( bulan Ramadlon ), artinya anak itu merupakan anak kedua yang lahir pada bulan Puasa.

2.2. Sebagai Turunan dari Nama Orang Tuanya
Nama ini merupakan turunan atau modifikasi dari nama orang tuanya. Nama ini kadang-kadang mempunyai makna harapan atau doa, tetapi kadang-kadang hanya sekedar singkatan. Menurut istilah orang Jawa sering disebut Nunggak Semi.
Contoh :
a. Dalimin, merupakan singkatan dari Daliyem ( nama ibunya ) dan Paimin ( nama bapaknya ).
b. Tukijo, merupakan singkatan dari Tukinem ( nama ibunya ) dan Sukarjo ( nama bapaknya ).
c. Ratnasih, merupakan singkatan dari Suratna ( nama bapaknya ) dan Sumarsih (nama ibunya ). Nama ini merupakan singkatan, tetapi memiliki makna Ratna ( perempuan, intan, permata,, sari, utama ) dan sih ( kasih, cinta, kekasih, harum ), sehingga dapat ditafsirkan sebagai perempuan yang harum namanya, tersmasyhur, atau sebagai manusia kekasih yang utama.
d. Mulyadi, merupakan modifikasi dari Mulyana ( nama bapaknya ).
e. Martana ( kehidupan ), merupakan modifikasi dari Martadi ( hidup yang baik/ nama bapaknya ).

2.3. Sebagai Ungkapan Harapan atau Doa
Nama ini merupakan ungkapan harapan ( kekudangan ), doa, atau cita-cita orang tua kepada anaknya.
a. Rahayu, artinya selamat, baik. Nama ini merupakan doa atau harapan orang tuanya agar anak tersebut selamat dan baik.
b. Slamet, artinya selamat.
c. Jaka Waskita, artinya anak laki-laki yang pandai, cermat, dan waspada. Nama ini merupakan harapan dan doa orang tua agar anaknya kelak menjadi orang yang pandai, cermat, dan waspada.
d. Mulyarta, terdiri atas kata Mulya ( mulia ) dan Arta ( uang/harta/kekayaan ). Nama ini merupakan doa atau harapan orang tuanya agar kelak di kemudian hari anak itu hidup mulia, menjadi orang yang terhormat/terpandang, dan kaya raya.
e. Harimurti, artinya sinar matahari atau gelar dari Prabu Bathara Kresna. Nama tersebut diberikan oleh orang tuanya agar anaknya di kemudian hari dapat menerangi kehidupan seperti Prabu Bathara Kresna yang bijaksana serta mampu menjadi pelindung serta pembela kebenaran / perilaku utama.
f. Suharja, terdiri atas Su ( bagus, sangat, lebih ) dan Harja (bagus, indah, mulia, jernih). Nama ini mengandung harapan agar anak tersebut di kemudian hari menjadi orang yang sangat bagus atau cemerlang di segala bidang.
g. Raditya, artinya matahari. Nama ini mengandung harapan agar kelak di kemudian hari anak tersebut menjadi orang mulia, orang besar yang berguna sehingga mampu menjadi penerangan bagi sesama manusia.
h. Pradipta Arya Wismaya, terdiri atas Pradipta ( cahaya ), arya ( baik/besar ), Wismaya ( waspada ). Nama tersebut diberikan kepada seorang anak, dengan harapan agar anak tersebut kelak di kemudian hari anak tersebut seperti cahaya yang baik serta waspada.
i. Daniswara ( kaya dan mulia ). Nama ini diberikan kepada seorang anak, dengan harapan atau doa agar kelak di kemudian hari anak itu menjadi orang kaya raya dan mulia.
j. Harjanti ( unggul ). Nama ini diberikan kepada seorang anak, dengan harapan.agar anak tersebut di kemudian hari menjadi orang yang unggul di segala bidang.

3. Pemberian Nama Kepada Anak
Seperti halnya bangsa-bangsa timur lainnya ( Arab, Cina, dsb. ) sebagian besar masyarakat Jawa memberikan nama kepada anaknya dengan berbagai macam perhitungan serta makna-makna yang baik. Di samping merupakan pencerminan harapan atau doa, nama yang diberikan kepada seseorang juga sangat bergantung pada tingkat kemampuan fikir atau latar belakang kehidupan orang yang memberikan nama itu.

Pada saat ini, banyak orang yang merasa malu dengan nama yang diberikan oleh orang tuanya. Di kota-kota besar, banyak orang berganti nama, misalnya Paikem menjadi Ike; Suminem menjadi Sumini; Tukijo menjadi Ukky Jauhary; Dalijo menjadi Dally Joseph, dsb., walaupun nama-nama Ukky, Dally, Ike itu sendiri tidak jelas arti/maknanya.

Kadang-kadang, tanpa berfikir jauh, ada orang yang berpendapat bahwa orang yang mengganti namanya sendiri itu dianggap sebagai anak yang durhaka karena mengubah nama pemberian orang tuanya. Padahal jika diperhatikan, kadang-kadang ada orang tua yang memang memberikan nama kepada anaknya terkesan asal-asalan, sehingga di kemudian hari anak itu merasa tidak enak atau malu menyandang namanya itu, misalnya : Ratman Lentho ( Lentho adalah makanan dari kacang dan kelapa yang dicetak dengan kepalan tangan, kemudian digoreng ), Jimin Gudel ( gudel adalah anak kerbau ), Dalimin ( dari bahasa Arab dlolimin artinya orang yang kejam, berlaku aniaya ); Musrikin ( dari bahasa Arab musyrikin yang artinya orang yang menyekutukan Allah ); Jaka Duratmaka ( Pemuda Pencuri ).

Kemungkinan besar kekeliruan itu terjadi karena keterbatasan pengetahuan orang tua yang memang tidak disadari.

Nabi Muhammad S.A.W., pernah bersabda bahwa salah satu kewajiban orang tua adalah memberikan nama yang baik kepada anaknya.
Karena nama itu merupakan cerminan kesan, harapan atau doa, dan dipakai seseorang sepanjang hidupnya bahkan akan dikenang orang setelah yang bersangkutan meninggal, maka sebaiknya nama itu memiliki makna yang baik, atau sekurang-kurangnya tidak membuat yang menyandangnya malu di kemudian hari.

Nama dapat terdiri atas satu kata atau lebih. Kata-kata tersebut dapat berupa kata dasar atau kata bentukan, yang dapat berupa :
1. tanda peringatan waktu, bilangan, atau kejadian, atau
2. turunan atau modifikasi dari nama orang tuanya, atau
3. kesan, harapan atau doa yang baik, atau
4. dapat pula merupakan gabungan.
Contoh :
a. Tri Wahyu Utomo, terdiri atas kata Tri ( tiga ), Wahyu ( anugerah Tuhan ), Utama (baik, unggul). Nama tersebut merupakan peringatan bilangan ( anak ke tiga ), disertai harapan atau doa bahwa anak tersebut merupakan anugerah Tuhan yang mudah-mudahan di kemudian hari dapat menjadi orang yang baik dan unggul di berbagai bidang.
b. Dwi Wahyu Sardana, terdiri atas kata Dwi ( dua ), Wahyu ( anugerah Tuhan ), Sardana ( kaya ). Nama tersebut merupakan gabungan antara peringatan bilangan (anak ke dua) dengan harapan atau doa agar anak yang merupakan anugerah Tuhan tersebut di kemudian hari menjadi orang yang kaya.
c. Anindita, artinya tanpa cacat, unggul. Nama yang hanya terdiri atas satu kata ini mengandung harapan atau doa agar anak tersebut sempurna dan unggul di berbagai bidang.

Kata-kata pembentuk nama Jawa biasanya diambil dari bahasa Jawa Kuna atau Jawa baru.

Di bawah ini adalah beberapa kata dalam bahasa Jawa yang sering digunakan di dalam pembentukan nama.